Ticker

6/recent/ticker-posts

Curug Cipendok yang Masih Keruh


Menilik Kembali, Curug Cipendok yang Masih  Keruh

jalan menuju curug yang kotor tertutup lumpur . (foto: Rizki rama)


Pembangunan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) oleh  PT. Sejahtera Alam Energy (SAE)  di lereng selatan gunung Slamet  masih menjadi polemik hingga saat ini. Berbagai aksi penolakan dari masyarakat  belum membuahkan hasil yang optimal. keresahan-keresahan dari dampak proyek tersebut terus dirasakan oleh warga.

Keadaan Curug Cipendok pada hari selasa (27/3) terlihat keruh, jalanan menuju curug licin sebab tertutup lumpur, daun-daun tertutup lumpur yang terkandung dalam air Curug. Curug yang berada di Desa Karangtengah, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas selama beberapa bulan kebelakang mengalami kerusakan akibat dampak dari eksplorasi proyek PLTPB.

Aliran air Curug Cipendok berasal dari  pertemuan dua sungai di bagian hulu, yaitu antara sungai Tepus dan sungai Prukut yang mengalir ke hilir. Sungai Tepus merupakan sungai yang berdekatan dengan proyek PLTPB. Sehingga hasil dari eksplorasi proyek PLTPB langsung mengalir ke Curug Cipendok. Hal tersebut yang menyebabkan air dari Curug Cipendok keruh karena tercampur oleh lumpur serta tanah. Eksplorasi proyek PLTPB juga menyebabkan longsoran tanah yang berimbas ke curug Cipendok. Akibat longsoran tersebut, banyak material-material tanah dan lumpur yang menimbun area Curug. Seperti yang dikatakan oleh salah satu petugas pengelola Curug Cipendok, Rasih (37) “Sebagian ada longsoran dari tebing, longsoran tersebut dampaknya juga dari proyek PT itu” katanya, Selasa (27/3).

Menurut  salah satu penjaga curug Cipendok, Atmowijoyo atau Ahmad Jangkung (64) ketika ditemui di sekitar area Curug mengatakan bahwa ketika musim kemarau, air Curug terkadang mengalir jernih seperti biasanya  meskipun jika musim hujan tiba, warna air akan kembali menjadi coklat dan keruh akibat banjir dari hulu. Ia juga menjelaskan, pengaruh dari keruhnya air juga mengakibatkan pengunjung yang datang menjadi enggan untuk turun dan bermain di sekitar aliran Curug. Bahkan sudah tidak ada lagi pengunjung yang mandi di bawah air terjun. Karena keadaan air yang sudah kotor dan bebatuan yang sudah tertimbun oleh longsoran tanah  juga bau tak sedap  yang ditimbulkan akibat terkontaminasi dengan lumpur dan tanah. Percikan air yang jatuh juga menyebabkan sebagian tumbuhan disekitar menjadi berwarna coklat. “ Sebagian dari tumbuhan yang ada di sini pada mati karena tertutupi oleh debu, dulunya hijau semua” tambah  Atmo.
(foto: Rizki rama)

Bukan hanya berdampak pada keruhnya air saja, Rasih juga mengeluhkan semenjak air keruh pengunjung menurun drastis hingga 60% dan yang pengunjung aktif hanya 40%.  Jika sebelumnya pengunjung  perharinya mencapai diatas 80 pengunjung, tetapi setelah perubahan air yang terjadi akibat proyek PLTPB pengunjung paling banyak hanya sekitar 50 orang. Sedangkan pada hari libur sebelumnya pendapatan mencapai sekitar 500ribu, namun untuk sekarang hari libur ataupun tanggal merah pendapatan menjadi menurun. “ Minggu kemarin hanya sekitar 73ribu, bahkan waktu tanggal merah sangat sepi” tambahnya.

Jumlah penurunan pengunjung terutama disebabkan karena keindahan alam sekitar curug yang sudah tidak sedap dipandang. Dan juga fasilitas yang ada hampir semuanya kotor, seperti jalanan menuju air terjun menjadi licin karena banyak lumpur yang menempel. Hal tersebut juga di keluhnya oleh pengunjung asal Cilacap, Indra Setiawan “Saya kira air terjun itu sangat indah sekali, tapi karena ada penambangan PLTPB semuanya jadi kotor. Jadi wisatawan untuk turun ke bawah juga mikir-mikir ya” ucapnya.

Keluhan juga dirasakan oleh salah satu pedagang yang sudah berjualan di kawasan Curug Cipendok sejak  tahun 2001. Perubahan drastis setelah keruhnya air terjun sangat dirasakan oleh  Atun (40). Dulu sebelum air keruh, ia membuka kiosnya bisa sampai pukul 20.00 WIB tetapi sekarang hanya sampai sekitar pukul 14.00 WIB. Karena jumlah pengunjung yang semakin berkurang. Bahkan pernah daganganya tidak terjual satupun. Terkadang satu hari hanya ada sepuluh orang yang datang ke Curug, itu pun hanya sampai di depan kios-kios belum sampai ke Curug kemudian kembali lagi. Ia juga menjelaskan bahwa pendapatan yang didapatpun menjadi menurun, yang sebelumnya bisa mencapai 600ribu per hari, sekarang hanya 100ribu perhari bahkan kurang dari itu. “Kalo seperti ini terus, mungkin saya mending kembali bekerja di majikan saya saja” tuturnya.

Rasih menyatakan sebenarnya pihak manejemen dari objek wisata Curug Cipendok sudah mengadukan keluhan  mengenai fasilitas yang rusak dan kotor dari dampak yang ditimbulkan dari proyek PLTPB. Respon yang didapatkan dari PT tersebut adalah dengan mengirimkan tenaga kerja untuk membersihkan area Curug Cipendok yang terkena lumpur setiap satu bulan sekali. Ia mengatakan pihak menejemen PT. SAE sudah menandatangani surat untuk dana ganti rugi wisata Curug Cipendok. Dana ganti rugi tersebut berkisar kurang lebih seratus dua puluh juta yang diberikan dalam bentuk material. Rasih juga menjelaskan kalau beberapa waktu yang lalu realisasi dari ganti rugi tersebut sempat dibelit-belit dan dari pihak manajemen PT SAE memberikan banyak alasan. “Tapi alhamdulillah, kemarin kata pihak pengelola dana sudah keluar segitu, itu sih katanya saya belum tau pasti” ucapnya.

Harapan Rasih terkait proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) agar  proyek tersebut segera terselesaikan dan tidak menimbulkan bencana alam lain. “Karena diibaratkan kita terjebur, kita sudah sangat-sangat basah” tambahnya.

Penulis : Anisa maulina, Riza hanifah
Reporter : Retno asih, khafsoh nur alifa

Editor  : Triasih 


Posting Komentar

0 Komentar