![]() |
Proses pencoblosan Parpolma |
Serangkaian kegiatan Pemilihan Umum Mahasiswa
(pemiluwa) tahun 2019 sudah hampir semuanya terlaksana, mulai dari pendaftaran
hingga masa kampanye sudah dilaksankan dengan masing-masing partai maupun
kandidat telah berkontestasi menggunakan argumentasinya untuk menarik perhatian
para mahasiswa yang memiliki hak suara. Senin (23/12) telah dilaksanakan
pencoblosan untuk lembaga eksekutif
sekaligus partai politik mahasiswa (parpolma) bertempat di Auditorium IAIN
Purwokerto mulai pukul 08.00-17.00 WIB.
Dengan sistem yang monoton dari tahun ke tahun,
yakni one man one vote untuk memilih legislatif atau parpolma dan untuk Ketua
dan Wakil Ketua lembaga kemahasiswan
diataranya HMPS, HMJ, DEMA Fakultas dan DEMA Institut menggunakan sistem
demokrasi perwakilan.
Partai politik mahasiswa (parpolma) merupakan instrumen yang tidak
terpisahkan dari sistem demokrasi , karena parpolma konon katanya sebagai
manifestasi dari kebebasan mahasiswa untuk membentuk kelompok sesuai dengan kepentingannya
agar bisa menjalankan fungsi parpolma sebaga sarana komunikasi, sosialisasi,
rekrutmen, artikulasi, dan agregrasi. Parpolma yang berhasil mencaai tahap
pemungutan suara diantaranya PAM, PAKEM, PD2B, JALUR dan BOM ini tentu saja sudah
menggemborkan jargon-jargon demokrasi dari awal proses pemilwa.
Dengan jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) untuk parpolma kurang lebih 4000 mahasiswa
dan kurang lebih sekitar 200 kelas yang terdaftar. “Total semua ada 200 kelas,total mahasiswa yang terdaftar sebagai
pemilih tetap sekitar 4000an. Kertas suara juga untuk parpolma sesuai dengan
jumlah DPT sekitar 4000an, dari semester 1-7 ” ujar Ulil selakusalah satu
panitia Pemilihan Mahasiswa (PPM).
Tidak melulu tentang parpolma, nasib 22 calon
tunggal melawan kotak kosong masih belum diketahui hingga pencoblosan berlangsung.
Keputusan terkait hasil kotak kosong yang menang, atau seimbang dengan calon
tunggal, masih menggantung karena pada dasarnya belum ada Undang-Undang yang
mengatur akan hal tersebut. “Tiidak ada
UU yang mengatur. UU memang masih sangat universal, misal kotak kosong
menang berati konsekuensinya ya kosong,
ya intinya nanti baru mau dirapatkan kembali sama senat, sore ini udah final
sebelum perhitungan suara, Masih banyak pertimbangan dan belum fiks, tunggu aja
kabarnya masih ada pertimbangan entah itu dibekukan ataupun yang lain. Soalnya
kita masih bimbang atau mungkin nanti dari senat ada masukan ya kita
tampung. Tapi kalau untuk pemilihan
ulang sudah tidak memungkinkan karena sudah mulai liburan. Jadi belum fiks”
ujar ketua PPM 2019, Wildan.
Beberapa mahasiwapun resah dengan kabar terkait
keputusan kotak kosong bahwa ketika HMJ, HMPS, DEMA Fakultas, DEMA Institut
dimenangkan oleh kotak kosong maka dalam 1 periode itu tidak ada kepemimpinan
dan PPM tidak akan bertanggung jawab
apabila pemilihan kali ini dimenangkan oleh Kotak kosong “ Saya dengar bahwa jika kotak kosong menang PPM tidak mau bertanggungjawab, kalau misal kepemimpinannya kosong kan yang bakal menjadi olok-olokan PPM itu sendiri dan bahwa kejelasan PPM dalam mengurus pemiluwa itu dipertanyakan, dan seharusnya mahasiswa berhak tahu terkait aturan bagaimana nantinya ketika kotak kosong menang maupun seimbang. Dan aturan mengenai apabila kotak kosong menang harusnya diberitahukan sebelum pelaksanaan pemiluwa.”
ujar Syarif Hidayat mahasiswa 5 KPI C.
Hal tersebut kemudian diklarifikasi oleh pihak PPM
bahwa masih banyak pertimbangan ketika mengambil keputusan terkait hasil perhitungan
suara, seperti dikatakan Wildan salah satu pertimbanganny karena libur telah
tiba. “Terkait kotak kosong atau dilihat
situasinya, kemarin sudah dirapatkan , karena kita banyak pertimbangan
diantaranya sudah liburan, nggak mungkin
ketika kotak kosong menang akan diadakan pemilihan ulang, berati ketika kotak
kosong menang ya beku, dibekukan. Artinya memang adanya kekosongan pemimpin
dalam 1 periode. Nanti kita bicarakan dengan senat. Keputusan rapat kemarin
memang seperti itu, tdak
bertanggungjawab ketika kotak menang,
artinya disitu ada kekosongan pemimpin,
Cuma ya jika dipertimbangkan lagi kita perlu dibicarakan lagi, dengan
senat, gitu aja. Artinya juga mereka yang memilih dengan sadar, dengan sadar
ya, jelas, mengapa harus memilih kotak kosong, padahal dari yang mendaftar
hanya satu calon. Kan itu menjadi
konsekuensi mereka yang memilih. Tapi ini kan masih pertimbangan lagi. Entah
itu mungkin diuji materi, bahwasanya ini layak menjadi pemimpin ataupun yang
lain” Ujar Wildan
Pemiluwa tahun 2019 dinilai teburu-buru dengan
timeline yang begitu padat. Akibatnya salah satu mahasiswa merasa kurangnya
sosialisasi dari pihak PPM
“Kurang sosialisasi, jadi aku sebagai mahasiswa awam
jadi kurang greget loh untuk ikut berpartisispasi didalam demokrasi kampus. Ini aja kalau tidak
disuruh sama kosma saya, saya juga males tuk milih. Sedangkan pemiluwa kemarin
lebih bagus, lebih positif kemarin, sekarang juga banyak kotak kosong yang maju
dari bendera semua kebanyakan” Ujar Nayla Sa’adah mahasiswi 5 KPI C
Reporter: Ulil awaliyah, Aulia Insan
0 Komentar