![]() |
Foto: Doc.OBSESI |
Panitia
Pemilihan Mahasiswa (PPM) IAIN Purwokerto kembali menggelar Pemilihan Umum
Mahasiswa (Pemiluwa) tahun ini. Berdasarkan timeline yang dibagikan oleh PPM
melalui akun instagram (@ppmiainpwt_2021), rangkain acara Pemiluwa hingga
pelantikan akan dimulai pada 04 Januari-04 Februari 2021. Seperti tahun
sebelumnya, Pemiluwa diadakan untuk memilih Partai Politik Mahasiswa (Parpolma)
serta Ketua dan Wakil Ketua Lembaga Kemahasiswaan (LK) Eksekutif.
Pada
sosialisasi kegiatan Pemiluwa yang diselenggarakan oleh PPM pada Senin (04/01)
secara daring yang dihadiri oleh Ketua UKK dan UKM, Ketua Komunitas, serta
Kosma menggunakan media zoom. Sedangkan sosialisasi secara luring bertempat di
Auditorium Utama IAIN Purwokerto yang dihadiri oleh Ketua Partai Se-IAIN Purwokerto
dan Ketua Lembaga Kemahasiswaan Se-IAIN Purwokerto. PPM menjabarkan terkait
timeline Pemilwa serta pemberkasan yang diperlukan, pembacaan Surat Keputusan
(SK), pembacaan regulasi. Untuk teknis pencoblosan, dari PPM masih mematangkan
konsep dan akan diumumkan disosialisasi selanjutnya.
Sosialisasi
dimulai pada pukul 08.55 WIB, meskipun di Undangan, jadwal sosialisasi dimulai
pada pukul 07.30 WIB. Menurut Ketua PPM, Sidik Adi Purnama, hal tersebut
disebabkan karena menunggu tamu undangan di Auditorium memenuhi jumlah minimum
kursi yang sudah disediakan.
“Dari
panitia, sudah siap semenjak jam tujuh. Kalaupun setengah delapan atau jam
delapan, kita mulai, tetapi peserta dan tamu undangan belum datang semua,
konsekuensinya pemahaman kalian. Kami dari panitia menunggu tamu undangan.
Bukan menyalahkan, tapi karena tamu undangan tidak datang tepat waktu. Kalaupun
tepat waktu ya silakan langsung duduk. Kami pun mempertimbangkan, kalau tamu
undangan yang hadir setidaknya 50%. Kenapa link baru dibagikan untuk tamu
undangan via daring, agar mereka menunggu, bukan melihat acara kami yang
mulur,” jelasnya.
![]() |
Foto: Doc.OBSESI |
Acara
pembukaan berlangsung semestinya, dari sambutan hingga penutup, dilanjutkan
pada acara inti yang merupakan topik utama sosialisasi ini. Diawali dengan
pembacaan SK yang telah ditetapkan pada hari Jumat 25 Desember 2020 serta
pemberitahuan terkait pemberkasan harus dikirim dalam dua bentuk file yaitu
softfile dan hardfile yang harus dikirimkan ke sekre PPM tepatnya di ruangan A5
bagi hardfile.
Salah
satu peserta daring, M. Alfi Alkautsar menyayangkan sosialisasi yang terbagi
menjadi dua, menurutnya, hal tersebut meurpakan salah satu bentuk diskriminasi.
“Menurutku
ya sosialisasi pemiluwa tahun ini hampir sama dengan tahun kemarin bahkan bisa
dikatakan lebih buruk begitu, kenapa karna di sistem sosialisasi tahun ini itu
terbagi 2 yaitu offline dan online dan menurut saya itu merupakan diskriminasi.
Iya saya paham kalo itu untuk mematahui Protokol kesehatan, tetapi tentunya
juga panitia PPM harus memperhatikan agar tujuan sosialisasi itu tersampaikan
dengan baik. Selain itu juga sosialisasi ini menurut saya, membatasi hak untuk
berbicara sebab dalam sosialisasi ini banyak yang ingin berpendapat namun
terhalang oleh beberapa hal seperti signal, kuota dan sebagainya ini untuk
temen - temen yg online,” jelasnya kepada reporter LPM Obsesi via whatsApp.
Selama beberapa jam, baik peserta offline maupun online disuguhi pembacaan timeline, SK, regulasi, syarat-syarat serta gambaran samar teknis pemilihan secara lisan, tanpa ada sedikit pun tampilan visual berupa share screen yang menurut beberapa peserta daring maupun luring sebagai suatu hal penting dalam sosialisasi terutama bagi mereka yang mengikuti sosialisasi secara daring. Saat dibuka sesi tanya jawab, hal itu menjadi pertanyaan sebagian peserta mengenai apa yang bisa dipahami dengan sosialisasi seperti itu?
“Kami
sengaja tidak menampilkannya, karena ditakutkan peserta fokusnya terbagi,
antara tampilan visual dan apa yang dijelaskan,
jadi kami harap dengan cara ini, perhatian peserta menjadi terfokus
dengan apa yang disampaikan,” jelas
Sidik, sewaktu ditanyai terkait jalannya sosialisasi.
Namun,
meski sudah dijelaskan demikian, nampak gelombang pertanyaan terkait pemahaman
muncul ditiap peserta yang mengangkat tangan. Hal itu memicu salah satu anggota
SEMA, Umam angkat bicara :
“Daritadi bermasalah sekitar pemahaman, kalau kita itu pernah belajar filsafat dan berbicara tentang pemahaman itu adalah kebenaran yang subjektif, masing-masing orang itu mempunyai kebenaran dan pemahaman tingkatnya sendiri-sendiri, jadi ketika pemahaman itu diumumkan ataupun menjadi kebenaran objektif itu ngga bakal bisa, sampai kiamat H-2 itu ngga bakal bisa, karena apa ketika ada visualisasi atau sharescreen apakah pemahaman itu mewakili semua orang, belum tentu karena apa masalah pemahaman itu adalah sifat objektif semua orang,” imbuh Umam usai salah satu peserta menyanggah terkait masih banyak yang belum paham dengan sosisalisasi tersebut.
Seperti
tahun sebelumnya, sosialiasi berbagai macam rangkaian Pemilwa, PPM mengandalkan
akun sosial media mereka berupa Instagram dan Facebook.
Selain
itu, Alfi berharap ajang pemilwa kali ini tidak hanya menjadi ajang pesta
sebagian kaum, melainkan pesta demokrasi semua mahasiswa IAIN.
“ya
paling membuat mahasiswa lebih peduli lagi terkait demokrasi dan perpolitikan
yang ada di kampus begitu, untuk menciptakan demokrasi yang lebih baik.
Kemudian juga diharapkan acara pemiluwa ini bukan hanya ajang pesta dari
sebagian kaum saja, tp ini adalah pesta seluruh mahasiswa di IAIN sendiri,”
harapnya.
Reporter:
Chairunnisa dan M. Iqbal
Editor:
Aulia Insan.
0 Komentar