Ilustrasi LPM OBSESI
Permasalahan sistem informasi down
bukan lagi hal baru yang dialami oleh mahasiswa UIN SAIZU. Kejadian seperti itu
sangat sering dialami bahkan setiap tahunnya pasti terjadi terutama menjelang
pergantian semester saat pengisian Kartu Rencana Studi (KRS) di Sistem Informsi
Akademik (SISCA). Bahkan seringnya SISCA down sudah berkali-kali
mendapat kritikan keras dari mahasiswa. Sayangnya sampai saat ini usaha yang
dilakukan oleh mahasiswa masih belum mendapatkan hasil maksimal dari pihak
kampus. Dan sekarang tidak hanya SISCA, Sistem Informasi Bahasa (SIB) sebagai
pengganti dari Sistem Informasi UPT Bahasa (SIUB) juga mulai menimbulkan
kekhawatiran bagi mahasiswa.
Selama ini tuntutan perbaikan sistem
di kampus yang seringkali down seperti Sistem Informasi Akademik
(SISCA), Sistem Informasi Bahasa (SIB), dan sistem informasi yang lain selalu
diarahkan kepada unit pegawai yang bertanggungjawab mengelola sistem tersebut. Namun
setelah ditelisik lebih lanjut, dari banyaknya sistem informasi yang ada di kampus
rupanya hanya dipegang oleh satu orang programer saja. Unit-unit pegawai yang
selama ini diprotes oleh mahasiswa hanyalah sebagai penanggungjawab pelayanan
untuk mahasiswa. Artinya, dalam kasus Sistem Informasi Bahasa (SIB) yang down
dan kasus hilang atau tidak munculnya soal ketika ujian adalah di luar kendali dari
UPT Pengembangan Bahasa. Cepat lambatnya respon dari UPT Pengembangan Bahasa
terkait masalah-masalah yang terjadi pada mahasiswa tergantung dari kecepatan
respon programer selaku pembuat sistem tersebut.
Ade Ruswati selaku PLT UPT
Pengembangan Bahasa juga menjelaskan bahwa tidak serta merta hal-hal yang
terjadi selalu sepenuhnya diakibatkan oleh sistem yang error. Tidak
dapat dipungkiri kejadian human error pun sering terjadi seperti
kesalahan username, lupa password, dan sebagainya. Namun pihak
UPT Pengembangan Bahasa juga tidak mengelak kemungkinan bahwa sistemnya yang
eror. Karena sebaik apapun sistem pastilah tidak luput dari terjadinya trouble,
yang mana kekurangan-kekurangan dari sistem yang dibuat tersebut hanya bisa
diketahui ketika dilakukan uji coba berulang kali sehingga bisa di
tindaklanjuti dengan melakukan perbaikan.
Mengenai insiden hilang atau tidak munculnya
soal ujian ketika berlangsungnya EPTUS dan IQLA, pihak UPT Pengembangan bahasa
juga memberikan tanggapan mengenai opsi solusi yang mungkin bisa dilakukan
yaitu dengan mennyelenggarakan ujian secara offline. Namun opsi tersebut belum
menjadi solusi terbaik mengingat banyaknya faktor yang perlu dipertimbangkan
jika dilakukan secara offline, seperti faktor jarak, yang mana tidak semua
peserta ujian berada satu wilayah dengan kampus. Sehingga hal tersebut
berpotensi banyak peserta yang tidak bisa hadir saat ujian sehingga harus
melakukan remidi. Tentunya hal tersebut tidak menguntungkan bagi peserta dan juga
penyelenggara ujian. Dengan sistem ujian online peserta dapat lebih fleksibel
mengikuti ujian karena bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun.
“Kami juga memiliki beberapa solusi, solusinya
yaitu dilakukan secara offline. Tetapi jika secara online masih bisa
tersistemkan kenapa mesti menggunakan offline, karena dengan sistem tersebut
data-data yang mahasiswa miliki dapat terjaga dengan baik.” Ujar Ade.
Pihak UPT Pengembangan Bahasa
berharap kepada mahasiswa untuk tidak menyalurkan keluhannya langsung kepada
pihak programer. Sesuai dengan prosedur, keluhan dari mahasiswa bisa langsung
di sampaikan kepada UPT Pengembangan bahasa sebagai penyedia layanan mahasiswa
baik via online maupun dengan datang langsung ke kampus sesuai dengan jam
kerja. Selain itu, sebelum menyampaikan keluhan mahasiswa diharapkan dapat
terlebih dahulu mencari dan mengikuti perkembangan informasi dengan terus
memantau grup ujian EPTUS IQLA serta mengecek secara berkala informasi di
website SIB. Berdasarkan penjelasan dari Ade Ruswati, kurangnya pelayanan yang
dilakukan selain dikarenakan tupoksi yang cukup banyak seperti ujian remidi,
sertifikat, perkulihan pengembangan bahasa, terjemah, seminar, kegiatan
bimbingan teknis, dan sebagainya, pegawai UPT Pengembangan Bahasa juga
merupakan dosen yang memiliki tanggungjawab untuk mengajar.
Dengan kejadian Sistem Informasi
Bahasa (SIB) yang down dan hilang atau tidak munculnya soal ketika ujian,
mahasiswa berharap pihak kampus dapat lebih concern melakukan pembenahan
yang mungkin bisa dimulai dengan menyediakan lebih dari satu Sumber Daya
Manusia (SDM) yang mumpuni untuk menghandle sistem informasi yang ada di
kampus.
Reporter : Aiq Haidar
Editor : Wardah
Munfaati
4 Komentar
Kawal terus yuk
BalasHapusKawall terusss kawan
BalasHapusYang jelas itu sistem eror. Tapi kalo sistem eror yang bisa benerin ya cuma manuisa/yang buat, kalo ga cepet-cepet dibenerin atau males ngebenerinnya ya gak bener-bener😂
BalasHapusjangan kasih kendor khawan hayyu
BalasHapus