Ilustrasi :
Hanifah
Panitia Pemilihan Mahasiswa (PPM) Universitas Islam Negeri Prof. KH. Saifuddin Zuhri Purwokerto telah mengadakan “hajatan” tahunan yaitu Pemungutan Suara Pemilihan Umum Mahasiswa (PEMILUWA) pada Rabu, (16/02/2022). Sejatinya “perayaan” tahunan ini haruslah menjadi suatu puncak seremoial yang dilaksanakan dengan meriah dan lancar namun ternyata banyak polemic dan PR besar untuk kedepannya.
Dari awal serangkaian PEMILUWA yang dimulai dari sosialisasi yang dilakukan via sosial media PPM UIN SAIZU, kemudian validasi DPT yang bahkan dilakukan selama 3 kali. Padahal hanya terkumpul sejumlah 5.250 DPT dengan partisipasi pemilih sebesar 71,83% atau setara dengan jumlah 3.771 DPT, sampai kemudian pendaftaran Parpolma dan LK Eksekutif.
Ajang ini diikuti sebanyak 4 partai politik mahasiswa dan 32 calon ketua dan wakil LK Eksekutif maju dalam kontesasi PEMILUWA tahun ini setelah dinyatakan lolos berkas pada Minggu, (30/01/2022). Catatan uniknya ialah, sebanyak 22 calon ketua dan wakil LK Eksekutif tersebut akan berduel melawan kotak kosong.
Akibat itulah maka banyak dari para mahasiswa yang bersikap apatis dengan politik dikampus, karena dilatari dari pelayanan PPM yang “kurang” memadai.
“Pada saat saya akan mengambil surat mandat ke sekertariat PPM, saya kira kami akan dilayani seperti pemilihan pada umumnya tapi kami malah melayani diri kami sendiri pada saat mengisikan data untuk keperluan administrasi tersebut, ditambah lagi nama salah satu rekan saya ada yang dicoret karena kami berasal dari kelas yang sama, dan disitu merupakan kecerobohan panitia yang tidak menanyakan terlebih dahulu kami perwakilan dari mana. Sehingga saya rasa profesionalitas panitianya saya rasa sangat kurang.” ujar salah satu mahasiswa yang tidak mau disebutkan namanya saat diwawancarai oleh Kru Obsesi.
Selain kekurangan dalam bidang pelayanannya, terdapat pula cara penyampaian informasi yang dirasa terjadi kecacatan. Mengapa? hanya kosma saja yang ditarik lalu dikumpulkan ke dalam suatu grup serta parahnya lagi grup tersebut hanya terjadi interaksi satu arah dalam artian grup tersebut dinonaktifkan sehingga tidak ada kebebasan dalam penyampaian pendapat. Mahasiswa dibungkam, dipaksa untuk mengikuti aturan yang telah dibuat tanpa neko-neko.
Bahkan sampai berita ini diturunkan masih terjadi sengketa terkait perolehan suara, karena terdapat partai yang terindikasi melakukan kecurangan. Sebelum seluruh hasil dicabut karena sengketa ini, Partai Kebangkitan Mahasiswa (PAKEM) memperoleh suara terbanyak dengan perolehan suara 1.699 suara. Kemudian diikuti oleh Partai Daulah Demokrasi Bergerak (PD2B) dengan perolehan 1.187 suara, Partai Jalan Lurus (Jalur) dengan 514 suara dan Partai Bintang Orbit Mahasiswa (BOM) dengan 371 suara.
Reporter : Rian & Faza
Editor : Iqbal & Irma
1 Komentar
Selamat yg menang lawan kotak kosong..
BalasHapus